KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan
pengurus seluruh alam, atas berkah dan karunia-Nyalah makalah yang berjudul:“
Tingkah Laku Terpuji”. Studi Mengenai Hadits Orang yang Baik Akhlaknya
dan Kejujuran Membawa pada Kebajikan dapat terselesaikan tepat waktu. Shalawat
dan salam semoga tercurah limpahkan kepada guru besar umat muslim yaitu Nabi
Muhammad SAW, beserta seluruh keluarga dan sahabat serta pengikut ajarannya
hingga akhir zaman.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah hadits, dan merupakan pembahasan lanjutan dari materi
sebelumnya. Sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur`an, maka kajian mengenai
hadits pun menjadi sangat urgen dalam rangka mendapatkan pedoman hidup yang lengkap
dengan pemahaman yang benar.
Semoga makalah ini mampu memberikan pengetahuan yang lebih
luas khususnya bagi yang telah mengetahuinya dan menjadi wawasan yang sangat
berharga bagi yang baru mengetahuinya. Kekurangan di setiap halaman, bab dan
kandungan makalah menunjukan kelemahan penyusun yang masih dalam tahap belajar.
Semoga bermanfaat.
Wassalam
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..................................................................................................................
.i
DAFTAR ISI
.................................................................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
............................................................................................................
1
B. Tujuan Pembahasan
...................................................................................................................
1
C. Perumusan Masalah ...................................................................................................................
1
D.Tujuan Penulisan.....................................................................................
1
BAB II
PEMBAHASAN “HADITS-HADITS MENGENAI TINGKAH LAKU TERPUJI”
A. Pentingnya kejujuran ( RS :623) ………………..…………………………...........................................................
2
B. Kejujuran Membawa Kebaikan ( LM : 1675 )
………..………………………………............................................................ 3
C. Orang Jujur Mendapat Pertolongan Allah …………………………………………………………………………… 6
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyak
keterangan yang mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam
perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta
dan berusaha untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan
upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Banyak
hadits yang menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan
membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan
dusta dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.salah satu ciri
orang yang jujur adalah senantiasa berbuat kebajikan. Diantara kekemanisan yang
akan diapat oleh seseorang yang jujur adalah akan mendapat pertolongan Allah.
Lantas
seperti apakah pentingnya kejujuran yang menjadi salah satu tingkah laku
terpuji? Berikut penjelasan mengenai kejujuran sebagai tingkah laku terpuji
yang berdasar pada hadits Rasulullah saw.
1.2 Tujuan Pembahasan
Tujuan
penyusunan makalah ini yaitu,
1.
mengetahui pentingnya kejujuran.
2.
mengetahui bahwasannya kejujuran itu membawa kebajikan.
3.
menyadari bahwa kejujuran menyebabkan seseorang memperoleh pertolongan Allah.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
dapat dirumuskan latar belakang dari permasalahan sebagai berikut:
1. Pengertian dari
pentingnya kejujuran
2. kejujuran membawa
kebaikan
3 orang jujur
mendapat pertolongan Allah
1.4 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
antara lain:
1.
Sebagai bentuk penyelesaian tugas mata kuliah hadist.
2.
Untuk menjelaskan tingkah laku terpuji yang dianjurkan dan di ridhoi Allah SWT.
BAB
II
PEMBAHASAN
- Pengertian jujur
Jujur
adalah sebuah kata yang telah dikenal oleh hampir semua orang. Bagi yang telah
mengenal kata jujur mungkin sudah tahu apa itu arti atau makna dari kata jujur
tersebut. Dengan memahami makna kata jujur ini maka mereka akan dapat
menyikapinya. Namun masih banyak yang tidak tahu sama sekali dan ada juga hanya
tahu maknanya secara samar-samar. Indikator kearah itu sangat mudah ditemukan
yakni masih saja banyak orang belum jujur jikadibandingkan dengan
orang yang telah jujur. Berikut ini saya akan mencoba memberikan
penjelasan sebatas kemampuan saya tetang makna dari kata jujur ini.
Kata
jujur adalah kata yang digunakan untuk menyatakan sikap
seseorang. Jika ada seseorang berhadapan dengan sesuatu atau fenomena
maka orang itu akan memperoleh gambaran tentang sesuatu atau
fenomena tersebut. Jika orang itu menceritakan informasi
tentang gambaran tersebut kepada orang lain tanpa ada “perobahan”
(sesuai dengan realitasnya ) maka sikap yang seperti itulah yang disebut dengan
jujur.
Kejujuran
merupakan suatu pondasi yang mendasari iman seseorang, karena sesungguhnya iman
itu adalah membenarkan dalam hati akan adanya Allah. Jika dari hal yang kecil
saja ia sudah terlatih untuk jujur maka untuk urusan yang lebih besar ia pun
terbiasa untuk jujur.
Menjadi
orang jujur atau pendusta merupakan pilihan bagi setiap orang, dan
masing-masing pilihan memiliki konsekuensinya sendiri. Bagi orang yang memilih
menjalani hidupnya dengan penuh kejujuran dalam segala aspek kehidupannya, maka
ia akan memiliki citra yang baik di mata orang-orang yang mengenalnya.
Ketika seseorang selalu berkata jujur dan berbuat benar, maka akan diterima
ucapannya di hadapan orang-orang dan diterima kesaksiannya di hadapan para
hakim serta disenangi pembicaraanya. Sebaliknya, bagi mereka yang selalu
berlaku dusta dalam hidupnya, maka ia tidak akan memliki pandangan yang baik
oleh orang-orang di sekitarnya.
A.
Pentingnya
Kejujuran (RS: 623)
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ البَاهِليِّ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «أَنَا زَعِيمٌ ببَيْتٍ فِي رَبْضِ الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ المِرَاءَ،
وَإنْ كَانَ مُحِقّاً، وَبِبَيْتٍ في وَسَطِ الجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الكَذِبَ،
وَإنْ كَانَ مَازِحاً، وَبِبَيْتٍ في أعلَى الجَنَّةِ لِمَنْ حَسُنَ خُلُقُهُ».
﴿رَوَاهُ أَبُو دَاوُد بِإِسْنَادٍ صَحِيْح
1. Terjemah Hadis:
"Abu Umamah
Al-Bakhili ra. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Saya dapat
menjamin suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan
meskipun ia benar .Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang
yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin satu rumah di bagian
tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekerlinya. "
(H.R. Abu Dawud dengan
sanad yang sahih)
2. Biografi Perawi
Abu Umamah Al-Bakhily, nama lengkapnya adalah Abu Umamah Ash-Shady
Al-Bakhily, Ibn Ajalan, Ibn Ribah, Ibn Ma'an Ibn Malik, Ibn Ashar, Ibn Sa'id,
Ibn Qais Ailan Ibn Mudhar, Ibn Najar, Ibn Mu'adalah Ibn Adnan. la termasuk
salah seorang sahabat yang masyhur.
Ia meriwayatkan hadis
dari Rasulullah, SAW. sebanyak 250 hadis. Diriwayatkan oleh Al-Bukharl sebanyak
5 hadis, dan diriwayatkan oleh Muslim sebanyak tiga hadis. Hadis-hadisnya
banyak diriwayatkan pengarang Kitab Sunan yang enam.
Dia tinggal di Mesir dan
meninggal di sana pada tahun 81 atau 86 H. la termasuk sahabat paling akhir
yang meninggal di Syam dan hadis-hadisnya banyak dikenal orang-orang Syam.
3. Penjelasan Hadis
Hadis ini menerangkan tiga perilaku penting yang mendapatkan
jaminan surga dari Rasullullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga
perilaku ini harus diiringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan
Islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:
a.
Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan
,maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi
kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang
mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karena kebodohannya. Dan yang
lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia berusaha
mengalahkan lawan. debatnya dengan berbagai cara.
Sebenamya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam Islam
apalagi kalau berdebat dalam mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan
seringkali membuat orang lupa diri, terutama kalau perdebataninya dilandasi
oleh keegoan masin-masing, bukan didasarkan pada keinginan untuk mencari
kebenaran.
Tidak sedikit orang yang memiliki ego sangat tinggi clan tidak mau
dikalahkan oleh orang lain ketika berdebat walaupun dalam hatinya ia merasa
kalah. Tipe orang seperti itu, biasanya selalu berusaha untuk mempertahankan
idenya dengan cara apapun. Kalaupun dilayani, yang teriadi- bukan lagi adu
mulut melainkan adu fisik. Oleh karena itu, perdebatan hendaknya dihindari karena
berbahaya dan dianggap salah satu perbuatan sesat. Rasulullah SAW. Bersabda:
ما ضل قوم بعد أن هداهم
الله إلا أوتواالجدل. (رواه الترمذى عن أبى أمامة)
Artinya:
"Tidaklah sesat suatu kaum setelah
mendapat petunjuk Allah. kecuali kaum mendatangkan perdebatan.” (H.R. At-Tirmidzi, dari
Abu Umamah)
Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam
setiap perdebatan, Nabi menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan
membiarkannya beranggapan bahwa dia menang dalam perdebatan tersebut. Dengan
berperilaku seperti itu, bukan berarti kalah dalam perdebatan tersebut,
melainkan menang di sisi Allah dan mendapat pahala yang besar, sebagaimana Nabi
menyatakan bahwa dijaminkan surga baginya.
b.
Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai
dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam islam. Karena selain
merugikan orang lain, juga merugikan orang lain.
Sebaliknya, islam sangat menghargai orang yang
bersifat jujur walupun dalam bercanda. Orang-orang yang selalu jujur, sekli pun
dalam bercanda sebagaimana di sebutkan dalam hadis diatas dijaminkan oleh
rasuallah saw. Satu tempat ditengah surge.
c.
Orang yang baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang meningkatkan derajat seseorang
disisi Allah saw. Dan juga dalam pandangan manusia adalah akhlak terpuji.
Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah
bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang baik,
serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu
selain dijanjikan surga sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas, juga
dianggap sebai orang yang paling baik diantara sesame manusia lain.
Analisis Hadis diatas Sesuai
Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek
Kehidupan
Dalam hadis diatas, yang
diriwayatkan oleh abu dawud dengan sanad yang shahih itu yang telah ditulis dan
diterangkan di dalam makalah ini bahwasannya ada tiga perilaku dalam
pergaulan dimasyarakat, yaitu meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, tidak
berdusta meskipun bergurau, dan baik budi pekertinya.
Bahwasannya dalam hadis
tersebut dilarang untuk berdebat dengan dilandasi keegoan, berdebat yang
benar ialah di dasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Dalam hadis ini juga
menjelaskan bahwa tidak boleh berdusta meskipun bergurau, karena dusta itu
perbuatan tercela walupun tujuan bergurau itu mengundang tawa orang. Alasan
apapun bergurau dengan dilandasi kebohongan tetap dilarang dalam islam.Dalam
hadis ini juga mengajarkan manusia untuk memiliki sifat budi pekerti yang baik.
Karena orang yang baik budi pekertinya akan ditingkatkan derajatnya disisi
Allah Swt dan juga di janjikan surga serta dianggap sebagai orang yang
paling baik diantara sesama manusia yang lain.
B.
Kejujuran Membawa Kebajikan (LM: 1675)
حَدِيثُ عَبْدِ الله بْنِ مَسْعُودٍ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ:
«إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى
الجَنَّةِ، وإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا. وَإِنَّ
الكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الفُجُورِ، وَإِنَّ الفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ،
وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَكْذِبُ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ الله كَذَّابًا».
﴿أَخْرَجَهُ البُخَارِيّ﴾
1. Terjemahan Hadist
Ĥadīś riwayat ‘Abdullah ibn Mas’ud rađiyaLlāhu ‘anhu tentang
Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya kejujuran akan
membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga,
sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur, ia akan dicatat
sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada
kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan
sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta, ia akan dicatat sebagai
seorang pendusta.” (Şaĥīĥ al-Bukhāriy ĥadīś no. 5629)
2. Biografi Perawi
Dia
adalah Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud salah seorang Assabiqun Al-awalaun
(golongan yang pertama-tama masuk Islam), termasuk kalangan sahabat utama dan
ahli fiqih, hafal dari Rasulullah saw 70 surat. Meninggal di Madinah tahun 32 H
dalam usia 60 tahun
3. Penjelasan Hadis
Dalam
hadits ini mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam
perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta
dan berusaha untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan
upaya untuk memperoleh, akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Hadits diatas menunjukkan agungnya
perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan membawa orang yang jujur ke jannah
serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta dimana ujung-ujungnya membawa
orang yang dusta ke neraka.
Sebagaimana
diterangkan diatas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada
orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak diakhirat. Ia akan dimasukan
kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya
orany yang sangat jujur dan benar. bahkan dalam Al-quran dinyatakan bahwa orang
yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang
yang bertaqwa. Sebagaimana firman Allah .
“Orang-orang yang datang
menyampaikan kebenaran dan melakukannya (kebenaran itu), mereka itulah
orang-orang yang taqwa” ( QS Az-zumar:33 )
Hal itu sangat pantas
diterima oleh mereka yng jujur dan dipastikan tidak akan berkhianat kepada
siapa saja, baik kepada Allah swt, manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang
jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya,
serta mengikuti segala sunah Rasulallah saw, karena hal itu merupakan janjinya kepada
Allah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat.
Dengan kata lain orang jujur
akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah swt. Dalam sebuah riwayat
disebutkan tentang seorang baduy yng meminta nasihat kepada Rasulullah saw.
Beliau saw. Hanya berkata “jangan bohong”. Perkataan rasulullah saw. Terus
mengiang-ngiang ditelinga sang baduy sehingga setiap kali dia akan melakukan
suatu perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasulullah pasti akan menanyakannya
dan dia harus jujur. Dia pun tidak jadi melakukan perbuatan terlarang
tersebut.
Analisi
Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan
Berbagai Aspek Kehidupan
Pada perinsipnya hadis diatas memberikan makna bahwa:
Setiap
perbuatan akan mendapatkan imbalan sesuai dengan perbuatannya,
Siddiq
sebagai cerminan kebaikan,
Dusta
merupakan gambaran setiap yang jahat.
Jika seorang berusaha untuk
berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain.
Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta, perbuatnnya itu selain
merugikan dirinya juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang
yang mempercayainya. Padahal kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan,
bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat hancur.
Oleh karena itu kejujuran
menuntun pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya masuk surga, dan ia dicatat
sebagai orang yang siddiq. Sebaliknya, berdusta akan menuntun pelakunya kepada
perbuatan curang dan menuntunnya masuk neraka, dan ia dicatat sebagai pendusta.
Sifat jujur itu harus
tertanam pada diri seseorang karena kejujuran seseorang itu sangat di perluakan
oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur berarti ia telah bertaqwa
kepada Allah, Karena ia selalu mengungkapkan kebenaran. Orang yang sudah
benar-benar memiliki sifat kejujuran akan merasa takut setiap mengucapkan
kebohongan karena ia tahu Allah maha melihat dan malaikat rokib atid akan
mencatat amal baik dan buruknya
c. Orang Yang Jujur Dapat Pertolongan Allah (AN: 19)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ أَخَذَ
أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا أَدَّى اللَّهُ عَنْهُ وَمَنْ أَخَذَ يُرِيدُ
إِتْلَافَهَا أَتْلَفَهُ اللَّهُ». ﴿رَوَاهُ البُخَارِيّ وَابْنُ مَاجَه
وَغَيْرُهُمَا﴾
1.
Terjemahan
Hadist
Dari Abū Hurairah rađiyaLlāhu ‘anhu
dari Nabi şallaLlāhu ‘alaihi wasallam bersabda: “Siapa yang mengambil harta
manusia (berhutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah akan
membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud
merusaknya (merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu”. (Şaĥīĥ
al-Bukhāriy ĥadīś no. 2212)
2. Penjelasan Hadist
Dalam kehidupan masyarakat,
ada sebagian orang yang suka meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk
digunakan sebagai penunjang usahanya. hal itu dibolehkan dalam islam dan Allah
swt. Akan menolong mereka kedalam kebaikan beniat untuk menggunakannya sebagai
penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.
Peminjam tidak berniat
menipu pemilik modal dengan menggunakan uang yang dipinjamnya untuk
berfoya-foya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak
memiliki uang untuk menggantinya, hal itu merugikan pemilik modal karna akan
menghentikan usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.
Analisis Hadis Diatas
Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek
Kehidupan
Dalam hadis di atas
mengajarkan kita untuk berkata jujur karena orang yang jujur akan mendapatkan
pertolongan dari Allah swt. Hadis ini juga mengajarkan kita bagaimana cara
pinjam meminjam (menggunakan harta orang lain) dengan baik, karena harta yang
dipinjam itu merupakan suatu amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya.
Faedah
Yang Bisa Diambil dari Hadits:
1.
Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
2. Diantara
petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.
3.
Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
4. Seorang mukmin
yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Ta’ala dan di sisi manusia.
5. Membimbing
rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
6. Menjawab secara
jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya melaksanakan
kewajiban.
7.
Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam.
8.
Wajib menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.
9. Dusta merupakan
jalan yang menyampaikan ke neraka.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tiga
perilaku penting yang mendapatkan jaminan surge dari rasulullah bagi mereka
yang memilikinya. Tentu saja, ke tiga perilaku ini harus di iringi berbagai
kewajiban lainnya yang telah ditentukan islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:
1.
Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat
atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan maksud untuk menjadikan
orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat
dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu
persis permasalahan, karna kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan
]dalam
berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan
debatnya dengan berbagai cara.
Sebenarnya,
tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam islam apa lagi kalau bedebat dalam
mempertahankan akidah. Hanya saja, perdebatan sering kali membuat orang lipa
diri terutama kalau perdebatannya oleh keegoan masing-masing, bukan di dasarkan
pada keinginan untuk mencari kebenaran.
2.
Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta
adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta
sangat dilarang dalam islam. Karena selain merugikan orang lain, juga merugikan
orang lain.
Sebaliknya,
islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur walupun dalam bercanda.
Orang-orang yang selalu jujur, sekli pun dalam bercanda sebagaimana di sebutkan
dalam hadis diatas dijaminkan oleh rasuallah saw. Satu tempat ditengah surge.
3. Orang
yang baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang
meningkatkan derajat seseorang disisi Allah saw. Dan juga dalam pandangan
manusia adalah akhlak terpuji. Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya
adalah bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang
baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat
seperti itu selain dijanjikan surge sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas,
juga dianggap sebai orang yang paling baik diantara sesame manusia lain.Sifat
jujur itu harus tertanam pada diri seseorang karena kejujuran seseorang itu
sangat di perluakan oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur
berarti ia telah bertaqwa kepada Allah, Karena ia selalu mengungkapkan
kebenaran. Orang yang sudah benar-benar memiliki sifat kejujuran akan merasa
takut setiap mengucapkan kebohongan karena ia tahu Allah maha melihat dan
malaikat rokib atid akan mencatat amal baik dan buruknya.
B.
Saran
Dari pembahasan yag telah
kami sajikan diatas, kami berharap mudah mudahan setelah kita mempelajari
pelajaran mengenai akhak terpuji ini, agar bisa kita jadikan sebagai rujukan
dalam melakukan pergaulan dalam kehidupan baik berhubungan dengan Allah atau
bergaul antar sesama manusia, kemudian juga kami selaku pemakalah berharap
kepada segenap pembaca makalah ini, agar jangan mengambil rujukan hanya
terfokus kepada materi yang telah kami sajikan dalam makalah ini saja,
akan tetapi mari kita sama – sama aktif dalam mencari buku – buku dan sumber
lainnya yang membahas masalah akhlak terpuji ini secara mendalam, sehingga
lebih memantapkan pengetahuan kita mengenai pembahasan akhlak terpuji tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Imam abu hamid Muhammad bin muhamad
Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114
Syafe’i,al-hadis”aqidah,akhlaq, social dan hokum” (Bandung:pustaka
setia,2000,) Hal. 84
Imam abu hamid Muhammad bin muhamad
Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114
Racmat
syafe’I, Prof. Dr. H.,_2000, Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia
Ny. Fauziyah
Mz. Ba , dkk,_1993, Shahih Bukhari, Surabaya : Bintang Timur
http://kangwafiq.wordpress.com/2010/07/26/contoh-makalah-kejujuran/
Imam abu hamid Muhammad bin
muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114
Syafe’i,al-hadis”aqidah,akhlaq, social dan hokum” (Bandung:pustaka
setia,2000,) Hal. 84
Imam abu hamid Muhammad bin muhamad
Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114
Racmat syafe’I, Prof. Dr. H.,_2000,
Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia
Ny. Fauziyah Mz. Ba , dkk,_1993, Shahih
Bukhari, Surabaya : Bintang Timur